Total Tayangan Halaman

Jumat, 25 November 2011

Lima Menit Untuk Selamanya

25 Oktober 2011, bagi sebagian orang menganggap tanggal itu hanya tanggal biasa saja atau juga menganggap tanggal isitimewa baginya. Tapi buat aku tanggal itu tanggal terburuk dalam sejarah hidupku.

Pagi itu, seperti biasanya aku menjalani rutinitas sehari-hari, tanpa firasat apapun, tanpa tanda apapun, tanpa mimpi apapun, hal buruk akan menimpaku di hari itu. Pergi ke kantor pagi hari bersama teman sekantor yang kebetulan satu kostan. Rutinitas pagi hari di kantor dimulai dengan membuka laptop, membersihkan pasir dari sepatu dan bercanda tawa bersama teman seruangan. Pukul 08.00 WITA, ternyata Bapakku telp aku dan aku tidak angkat karena kebiasaan hp hanya bergetar tanpa nada dering. Tak lama setelah itu, ada telp dari Mama, langsung aku angkat. Terdengar suara Mama dan langsung dialihkan ke Bapak. Pertama Beliau tanyakan :”Halo anak bapak, sehat nak?”, aku pun menjawab “Sehat pak”. Lanjut kata Bapak “Iya Bapak sehat saja.”. Keanehan yang aku rasa saat itu kok suaranya lemas serak-serak namun dia bilang sehat-sehat saja. Tiba tiba telp mati karena ternyata hp habis batere. Langsung aku charge hp dan langsung telp Bapak. “Halo kenapa mati tadi” tanya Bapak. “Halo pak, iya tadi hpku mati habis batere.” Jawabku. Terus dia berkata demikian,”Kamu sabar ya nak disana, tidak apa-apa kamu di bagian itu, pelajari yang ada di situ dan kamu kalau pindah ke Jakarta saja, ke kantor pusat, jangan ke perwakilan ya. Biar kamu bisa lanjut sekolah S2”, dan aku menjawabnya “iya pak.”.Bapak juga berpesan, “Kamu kalau ada waktu kosong ngajar disana saja, pasti kamu diterima ngajar disana dan menulislah tentang apa aja kan kamu suka menulis.” Aku menjawab “iya pak.” Lanjut bapak mengatakan “Jaga kesehatanmu ya nak, jaga makanan.” Aku menjawab “iya pak”. Sekitar 5 menit percakapan kami berdua di pagi hari itu. Tapi 5 menit percakapan itu sangat berarti untukku untuk selamanya.

Sebenarnya Bapak menelepon aku waktu itu untuk menjawab kecemasanku saat aku tahu bapak sudah 5 hari dirawat di rumah sakit tanpa sepengetahuanku karena bapak tidak ingin aku khawatir disini. Aku baru tahu info bapak dirawat setelah mama beritahu setelah bapak pulang di bawa kerumah. Ketika itu, aku marah sama mamaku di telpon hari minggu. Kemudian mama cerita ke bapak soal aku marah tentang itu, makanya Bapak telp aku saat itu.

Pukul 12.00 WITA, tiba-tiba mama telp kembali tapi kali ini suaranya tidak kedengaran jelas, seperti suara ribut di sana. Mama tidak jelas berbicara. Aku akhirnya telp kembali mama Dan mama sambil suara menangis mengatakan “Bapak sudah tidak ada lagi nak.” Dan telp pun tertutup. Saat itu, aku langsung terdiam duduk di tempat kubikel tak kuasa meneteskan air mata. Sontak teman satu ruangan menanyakan kenapa, ada apa. Ketika itu aku tidak bisa menjelaskan apa-apa karena larut sedih. Sekitar sejaman barulah aku menjelaskan ke teman. Saat itu juga teman teman berusaha membantu aku mencarikan tiket untuk pulang ke Medan. Aku tidak kuat menjalani ketika itu. Tertatih-tatih aku melangkah keluar kantor dibantu oleh teman menuju ke bandara. Selama di pesawat aku melamun, sedih dan menangis selalu ingat-ngat pembicaraan telepon tadi pagi. 6 jam lebih perjalanan aku tempuh.

Tiba jam 23.00 WIB di medan langsung menuju rumah dan melihat rumah telah dihiasi papan bunga, Abangku telah menunggu di depan gerbang rumah. Aku peluk abangku sambil menangis menjerit histeris. Aku dibopong abangku menuju tempat bapakku telah tidur untuk selamanya. Tak kuasa aku melihat bapakku telah terlentang kaku di atas tempat tidur. Badan terasa lemas tak kuat untuk berdiri tegak saat itu. Aku melihat wajahnya senyum bahagia saat itu. Lama aku menangis dan menjerit saat itu. Badan lemas dan tak berdaya sampai esok harinya. Aku tidak makan sampai hari esoknya. Menangis dan menangis duduk disebelah bapakku. Aku selalu dipaksa untuk makan namun aku tidak bisa makan. Aku hanya terdiam menangis duduk melihat wajah bapakku. Ekspresi wajah bapakku berubah hari kedua itu, tiba-tiba keluar airmata di wajahnya. Aku lari menuju ke kamar mama, tak kuasa melihat bapakku sedih. Aku tak kuasa melihat peristiwa itu. Saat itu juga aku berpikir, aku tak mau bapak bersedih aku harus kuat. Aku harus bisa tabah. Aku tidak mau menangis depan jenazah bapakku, tidak mau bapakku sedih melihat aku begitu tersiksa atas kepergiannya.

Tak menyangka secepat ini Bapakku meninggalkan kami semua. Ini sangat menyakitkan bagiku dan keluargaku, tapi Bapak bahagia meninggalkan kami tanpa merepotkan kami semua tentang derita sakitnya. Sebenarnya bapak punya sakit yang tidak mau diceritakan kepada kami. Kami sudah memaksa untuk berobat tapi Bapak menolak terus untuk berobat. Tuhan mempunyai rencana indah buat keluargaku. Mungkin cara beginilah Tuhan memanggil Bapakku. Cara terindah buat keluargaku.

Kepergian Bapakku ke surga membawa alam kenangan bersamanya di pikiranku. Kenangan yang tak akan terulang kembali untuk selamanya. Aku selalu ingat masa-masa bersama bapak dari kecil hingga aku saat ini. Waktu kecil, aku masih ingat ketika bapakku pulang ke medan dia mengajakku bermain di Deli Plaza di tempat permainan di lantai 3. Permainan yang aku suka saat itu permainan ambil permen dengan memakai miniatur traktor kecil. Senang rasanya jika mendapatkan permen “Sugus” yang banyak.

Ada lagu kesukaan Bapak yang selalu diputarnya di mobil saat aku masih kecil, yaitu Anak Na Burju, ini lirik lagunya

Anak Na Burju

Anakku naburju anak hasianku
anakku nalagu
ingot do ho amang di akka podani
natua tua mi

Dung hupaborhat ho namarsikkola i
tu luat na dao i amang
benget do ho amang, benget do ho
manaon na hassit i

Dung lam dao amang, pangarantoan mi
anakku na lagu
sipata lomos do, natua tua mon
disihabunian i

Hutangiangkon do, mansai gomos amang
anggiat muba rohami
dijalo do amang, dijalo do
tangiang hi amang

Reff.
Ipe amang, hasian ku
anakku naburju
pagomos ma tangiang mi
tu mula jadi nabolon i

Anggiat ma ture, sude hamu pinoppar hi amang
marsiamin aminan, marsitukkol tukkolan
songon suhat di robean i..

anak na burju

Bapakku juga tidak pernah memukul anak-anaknya. Dengan wajah marah dan suara yang besar sudah membuat anak-anaknya takut kepadanya. Anak-anaknya tidak pernah membuat bapak kerepotan memenuhi kebutuhan dan keinginan anak-anaknya.

Kebiasaan bapak yang tidak akan pernah ada lagi adalah suara ngorok yang selalu akan aku rindukan. Suruhan bapak kepadaku tidak pernah lagi akan aku lakukan seperti menggunting kuku kaki dan tangannya, mengoleskan minyak karo ke tubuhnya, menyemir sepatunya. Rutinitas ini selalu aku lakukan setiap aku pulang ke medan dari perantauan. Canda tawa bapak menggoda aku, mama dan abangku tidak ada lagi seperti menyindir aku anak mama bukan anak bapa, atau juga menyindir mama buat makanan enak setiap aku pulang ke medan.

Tak mudah menjalani kehidupan ke depannya. Aku belum bisa melupakan kesedihan. Meskipun aku tidak sedih di kantor dari pagi hingga sore tapi malam aku masih larut dalam kesedihan. Tak jarang aku terus melamun dan sedih tiba-tiba. Ya, butuh waktu untuk menstabilkan jiwaku, pikiranku dan hatiku.

Bapak telah tenang di sebelah kanan Allah Bapa di Surga. Dia telah senang disana. Dia telah bangga terhadap apa yang telah dilakukannya di dunia ini. Dia telah bangga mempunyai kami semua anak dan mama. Dia bangga anaknya telah memenuhi keinginannya dan aku telah menggenapi keinginannya. Aku cukup puas membahagiakan bapakku meskipun aku belum bisa memberikan yang lebih kepadanya. Bapak, meskipun Engkau disana jauh dari kami, tetaplah Engkau selalu di hati kami dan selalulah mengawasi kami setiap kami melangkah di jalan kehidupan ini. Amien.

Bapak….

Bapakku sayang, Bapakku terkasih,

Ku terkadang tidak mengerti maksud dan inginmu

Tapi ku yakin itu adalah suara dariNya

Kini aku mengerti dan sadar

Inginmu sangat baik bagiku

Bapak,

Maafkan tak banyak yang bisa aku persembahkan kepadamu

Ku telah mencoba membahagiakanmu, Bapak

Tapi engkau telah merasa cukup atas usahaku ini

Bapak,

Kata-kata terakhirmu masih ada di pikiranku dan hatiku

Suaramu sampaikan itu lambat laun menjadi kecil kurasakan saat ini

Takkan aku lupa dan hapus

Hanya itu yang bisa aku kenang saat ini

Menjalani hidup ke depannya

Bapak,

Aku berusaha menjadi anak yang baik

Anak bapak yang dapat dibanggakan

Aku akan berusaha, berusaha dan berusaha buat kau tersenyum disana

Bapak,

Aku bangga punya Bapak seperti dirimu

Bapakku yang baik hati

Tetaplah menjadi Bapakku selamanya

Yang menjagaku dan mengawasiku

Hingga kita bertemu di suatu saat di tempat nan indah

Tidak ada komentar: